Kamis, 08 September 2011

Atletis..? Emang Gue Pikirin

Cewek-cewek mana sich yang enggak doyan ngeliat cowok berbadan atletik. Mungkin, tubuh atletik adalah idaman setiap pria normal. Tak heran, ada orang yang rela mati-matian ngebentuk badannya biar kayak badannya Brad Pitt mulai dari dengan fitness di gymnasium tiap hari ampe mengkonsumsi berbagai obat-obatan.

Tubuh yang kurus kayak anak enggak keurus yang saya miliki mungkin memang enggak trennya sekarang. Entah kapan tren kayak gini muncul ke permukaan. Mungkin, tren kayak gini muncul ketika nanti semua pria di dunia sudah punya badan atletis semua sehingga banyak orang mulai bosan melihat tubuh-tubuh nan atletis dan beralih pada tubuh kurus.

Apa yang bisa saya lakukan untuk merubah tubuhku menjadi lebih ideal. Terus terang, dulu, saya sempet mati-matian ngebentuk otot yang ada di tubuhku. Entah dengan jogging sore hari, push up ratusan kali sehari, sampe makan telor mentah nan anyir. Semua itu saya bela-belain ngelakuinnya demi impian punya tubuh yang ideal.

Namun, apa daya Tuhan berkehendak lain. Tubuhku entah kenapa tidak ada perubahan. Yang ada Cuma pembengkakan di perut alias buncit. Aneh ya…, badan ceking kayak tiang listrik kayak gini punya perut agak cembung. Dulu, saya kira ini akibat cacingan. Saya coba minum obat cacing secara rutin. Ternyata, tidak ada perkembangan. Apa mau dikata, segala usahaku nampaknya sia-sia. Mungkin, gen di dalam tubuhku memang tidak mengizinkan diriku punya badan nan atletis.

Kini, saya coba memformat ulang paradigmaku terhadap diriku. Tubuh ideal itu memang indah, namun belum tentu sehat. Tubuh yang ideal karena dicekoki berbagai macam ramuan bisa jadi malah tidak menyehatkan. Meskipun tubuhku kurus kering begini, saya rasa saya sudah cukup sehat. Selama beberapa tahun ini, saya tidak pernah mengidap penyakit apapun. Paling Cuma flu sebentar dan sehabis diistirahatkan, besoknya udah sehat walafiat. Bukan sulap, bukan sihir. Hebat khan…?

Kadang saya berpikir, siapa sih yang menentukan dan mampu mengkalsifikasikan tubuh seseorang ideal atau tidak…? Saya kira jawaban pastinya terletak pada diri kita sendiri. Mungkin, selama ini kita terlalu termakan perkataan iklan atau media yang dibanjiri oleh banyak hal yang wah seakan-akan hal yang ada di media itu adalah hal yang paling ideal sehingga gambaran tubuh ideal itu langsung tertuju pada sosok yang aduhai nan elok kayak Luna Maya bagi kaum hawa atoe Dede Yusuf yang kini lagi sibuk jadi wakil gubernur jawa Barat bagi kaum Adam

Sebagai manusia, memang kita sering mengharapkan hal yang baik termasuk tubuh kita sendiri. Hal itu sangat wajar dan manusiawi. Semua orang suka keindahan. Namun, apakah semua orang mesti menjadi ideal menurut gambaran ideal yang kini berlaku di masyarakat atau media massa. Saya kira tidak. Media massa menggempur kita habis-habisan dengan berbagai macam hal yang wah itu tidak terlepas tujuan mengejar profit dan tetek bengeknya yang selalu mengiringi dibelakangnya. Maka, janganlah kita ikuti arus semacam itu.

Sudah seharusnya kita menempatkan diri kita menjadi penonton yang cerdas. Bisa memilah berbagai input yang masuk ke dalam pikiran kita. Karena, bagaimanapun juga, input semacam itulah yang membentuk kepribadian kita. Kitalah yang seharusnya memegang kendali untuk memasukan input-input tersebut. Bukan orang lain.

Kembali ke urusan badan, badan yang kita miliki adalah sebuah anugerah Tuhan. Kita layak mensyukurinya apapun bentuknya atau wujudnya. Toh, Tuhan menciptakan segalanya baik adanya. Merawat diri itu penting. Namun, merawat tubuh itu tidak mesti mengubah diri dan mempermak dirinya sedemikian rupa mengikuti rupa sosok nan ideal.

Tiap orang itu punya karakteristik fisik yang berbeda dan itulah yang menjadikan setiap orang itu unik. Hal ideal itu tergantung bagaimana cara kita memandang. Kita tidak perlu memaksakan diri kita untuk mengikuti hal ideal yang ditawarkan pada diri kita. Saya belajar banyak bagaimana rasanya bersyukur atas segala hal yang telah saya miliki. Rasa bersyukur itu telah mendorongku untuk menghargai diriku apa adanya. Meski tampang pas-pasan, saya rasa diriku sudah cukup baik. Menghargai diri itu penting, Karena, kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menghargai diri kita sendiri?

Pribadi berkualitas tidak sekedar mengandalkan fisik belaka. Manusia itu adalah makhluk yang kompleks. Ia punya beberapa aspek kehidupan. Mungkin, di satu aspek saya memiliki kelemahan. Tapi, saya yakin saya punya kelebihan di dalam aspek lain. Kelemahan yang ada janganlah dianggap sebagai hambatan. Tapi sebaliknya, kelemahan itu adalah bagian dari kekayaan yang kita miliki dan membuat kita bisa menemukan pribadi kita yang sesungguhnya.

Saya merasa menghargai diriku dan mensyukurinya apa adanya lebih membuatku merasa bahagia. Rasa bahagia itu bukanlah ditentukan oleh orang lain tetapi ditentukan oleh diri kita sendiri. Jadilah bahagia atas dirimu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar