Kamis, 08 September 2011

Refleksi Post Modernisme

Berdasarkan yang dikemukakan Charles Jencks mengenai ciri Arsitektur post modern, penulis amat tertarik terhadap arsitektur post modern. Arsitektur post modern memiliki konsep yang amat menarik mulai dari Double coding of Style, dimana kaidah arsitektur yang tereduksi dalam arsitektur modern dapat kembali berkembang sehingga ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari pada gagasan tunggal seperti yang diusung dalam modernisme.

Dari poin di atas, arsitektur mampu berkembang tidak lagi sekedar hunian atau wadah suatu aktivitas belaka tetapi juga menjadi suatu sarana berbahasa yang mampu mengkritisi dan bahkan berpuisi melalui Semiotic form. Semiotic form memungkinkan penampilan bangunan mudah dipahami karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud. Diharapkan dengan hal ini munculah suatu paradigma baru di mana bangunan dapat lebih partisipatif dimana lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern. Dalam konteks ini, berkembanglah hakekat seorang arsitek tidak sekedar perancang bangunan tetapi bisa juga sebagai wakil penerjemah terhadap berbagai fenomena yang ada di sekitar melalui bangunan yang dirancangnya sekaligus nabi yang meretas jalan ke arah kehidupan masyarakat yang lebih baik

Dengan arsitektur kontemporer, setiap arsitek dapat memadukan berbagai hal modern dengan unsur-unsur lain yang mampu memperkaya arsitektru itu sendiri mulai dari hal yang bersifat lokal konteksutal sampai metaphora yang kaya akan makna. Sehingga, setiap pengamat diajak menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama
Arsitektur postmodern tidak lagi mempersempit ruang lingkupnya dalam sangkar semboyan form follows function melainkan mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah rasa sehingga arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan.
Hal yang dikomunikasikan adalah bisa berupa identitas regional, identitas kultural, dan identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari bagian dari perjalanan manusia dipadukan dengan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistic dan estetik yang terus berkembang setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar