Kamis, 08 September 2011

Omnia Mea Mecum Porto


Apa sih tujuan orang mencari harta kekayaan? Mungkin, sebagian orang akan menjawab usaha mencari kekayaan untuk mendapatkan kekuasaan, rasa aman dan jaminan dalam hidupnya. Pada dasarnya, mencari kekayaan adalah suatu hal yang lumrah dan wajar di dalam kehidupan demi memenuhi segala kebutuhan hidup manusia. Dalam buku “Rich Dad Poor Dad”, Robert Kiyoshaki berkata tujuan mencari kekayaan adalah untuk mendapatkan kebebasan finansial sehingga seseorang bebas memenuhi dan berkuasa penuh atas kebutuhan hidup dasar hidup dan kebutuhan lain tanpa hambatan dan gangguan.
Namun, apakah setiap orang yang memiliki banyak kekayaan akan otomatis hidup dalam lingkaran kebahagiaan? Jawabannya sangat relatif. Beberapa fakta menyebutkan tidak setiap orang kaya akan dengan sendirinya mendapatkan kebahagiaan. Mungkin agak aneh bila kenyataan ini dinalar. Kok bisa ya…, orang yang segala kebutuhan hidupnya terpenuhi dan hidup dengan selalu dilimpahi kenikmatan tetap tidak bisa merasakan kebahagiaan. Justru sebaliknya, ada orang yang hidup di dalam kesulitan ekonomi tetap saja bisa tetap happy layaknya tidak memiliki masalah satupun.
Jadi, kekayaan tidaklah selalu menjadi tolak ukur kebahagiaan dalam hidup. Bisa jadi, sebaliknya, kekayaan malah bisa menjadi bumerang yang malah menyerang diri sendiri bila tidak dikelola dan dilihat secara jernih. Yesus menyamakan harta kekayaan dengan Mamon (Berhala). Memang, berhala modern ini sifatnya tidak nampak seperti apa yang dikatakan di dalam berbagai kisah di kitab suci dengan berbagai macam jenis patung-patung serta dewa-dewanya. Sebaliknya, berhala jenis ini terasa sangat nikmat. Namun, Bila kita tidak hati-hati, justru dalam kenikmatan semacam inilah yang membahayakan karena bisa mengaburkan hakekat hidup kita yang sebenarnya yakni menghormati, mengabdi dan memuji Tuhan.
Perubahan orientasi hidup dari hal sejati ke hal duniawi inilah yang sangat membahayakan. Sadar atau tidak, Kenikmatan dari kekayaan ini sangat memungkinkan diri kita menjadi buta. Yesus di dalam perikop ini sangat menekankan pentingnya kita menjaga mata kita. Mata adalah organ vital yang dimiliki manusia untuk menyadari, melihat, dan menjadi penghubung dengan berbagai macam hal di luar diri kita. Mata yang sehat maka akan menjadikan orang melihat secara sehat pula. Setan menggunakan kenikmatan dari kekayaan sebagai kedok untuk membuat orang tidak peka dan buta.
Bila kita tidak kita sadari, mata yang buta dapat mengecoh berbagai hal. Salah satunya dalam melihat kekayaan. Bisa jadi, kita akan terjebak pada berbagai harta semu belaka dan menggantungkan seluruh hidup kita padanya bila kekayaanlah yang menjadi orientasi di dalam hidup. Mata yang buta akibat orientasi terhadap harta yang berlebihan bisa saja mendorong orang untuk menghalalkan berbagai cara seperti korupsi atau mencuri dan mengabaikan aspek kehidupan yang lain. “Karena dimana hartamu berada, disitu juga hatimu berada”.
Menjadikan harta sebagai orientasi hidup adalah hal yang sia-sia karena harta duniawi dapat rusak karena ngegat atau hilang oleh pencuri. Kalau kita sadari secara lebih dalam, pada dasarnya manusia tidak akan pernah puas dengan segala yang di dapatkannya. Bila seseorang telah melampaui apa yang diinginkannya, ia akan berusaha mengejar keinginan yang lebih tinggi daripada level keinginan sebelumnya. Maka, sangat memungkinkanlah seseorang dengan banyak harta justru sangat tidak bahagia karena ia selalu berusaha ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang dicapainya.
Maka, marilah kita melihat harta benda secara proporsional di dalam hidup ini. Janganlah melihat harta sebagai tujuan hidup tetapi sebagai sarana. Syukurilah apapun yang Anda dapatkan dalam hidup ini dan lihat dalam kerangka paradigma Providentia Dei (Penyelenggaraan Ilahi). Sadarilah kekayaan adalah sarana Tuhan melalui diri anda untuk menolong sesama yang membutuhkan. Kekayaan membuat Anda mempunyai kemampuan untuk menjadi alat Tuhan bagi yang menderita. Jangan pernah berpikir, harta anda akan habis karena menolong orang lain. Percayalah, barangsiapa memberi, ia akan menerima.
Perikop ini mengajarkan kita untuk bijaksana di dalam melihat harta. Gunakanlah akal budi Anda untuk mengendalikan diri terhadap godaan harta. Beranilah berkata cukup di dalam hidup sebab rahmat Tuhan cukup bagimu. Gunakanlah prinsip lepas bebas dalam melihat harta agar diri Anda tidak terikat dengan harta. Yesus Kristus menginginkan diri kita total mengabdi kepada-Nya dan tidak menghendaki hati kita bercabang. Jadikan Tuhan menjadi harta dan satu-satunya jaminan di dalam hidup. Percayalah investasinya jauh lebih besar daripada investasi apapun yang anda tanamankan di dunia dan tidak akan rusak ataupun hilang. Tuhan sendirilah yang telah menjamin hal itu.Omnia mea mecum porto (Cicero). Amin. Tuhan selalu memberkati Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar